io915

Sepi (Tapi Tidak Juga)

Rabu, 10 April 2024

Apa yang kamu lakukan ketika tidak ada kegiatan? Waktu lebaran seperti ini biasanya seisi rumah pergi mengunjungi sanak keluarga. Dan biasanya aku tidak ikut karena beberapa alasan.

Disaat itu aku bisa sedikit lebih bebas di rumah. Bisa diam saja di rumah menonton film dan bolak-balik menggeser layar hp, Atau... bereksperimen di dapur dengan bahan-bahan seadanya.

Kali ini, aku membuat minyak bawang. Bahan utamanya hanya 2: Minyak dan bawang putih. Aku hanya mencincang bawang putih sampai cukup halus, masukkan ke minyak goreng, dan masak dengan api (sangat) kecil sampai warnanya berubah kuning kecoklatan. matikan kompor dan tunggu sampai dingin kemudian masukkan ke dalam wadah untuk disimpan di dalam kulkas. Itu saja.

Bisa juga ditambahkan garam selagi memasak. Sedikit saja sekadar menambahkan rasa gurih.

Setelah aku coba, ternyata minyak bawang yang aku buat rasanya lumayan untuk percobaan pertama. Mungkin minyak ini lebih cocok untuk campuran masakan yang rasanya sederhana. Seperti telur dadar, atau masakan lain yang tidak menggunakan banyak rempah.

Oh, iya. Selamat Idul Fitri 1445 H.

Bagaimana Kabarmu?

Kamis, 28 Maret 2024

Hai, lama tak berjumpa.

Lelah sekali rasanya beberapa tahun terakhir ini. Sejak pandemi semua berubah drastis. Semua yang mudah dan dipenuhi kebahagiaan, mulai berubah menjadi kesulitan dan berat hati.

Sering kali aku hanya bisa diam dan memandangi langit-langit kamarku. Kenyataan memukulku keras sekali.

Dulu aku kira menjadi dewasa itu menyenangkan. Ternyata tidak juga. Menjadi anak kecil dengan segala keterbatasan pengetahuan akan kehidupan nyata adalah berkah. Tidak sekalipun pernah kulihat anak yang normal termenung memikirkan kehidupan. Mereka bahagia tanpa alasan.

Aku tidak bilang kalau aku depresi. Hanya saja belakangan ini aku mulai sedikit tertawa. Sulit rasanya untuk tertawa dengan banyak hal yang mempersulit keadaan yang sudah sulit.

Juga, aku sangat sering kehilangan semangat. Tidak lagi aku sangat bersemangat akan hal-hal yang dulu jadi obsesiku. Bahkan sebaliknya, aku hanya ingin diam menikmati kesunyian dan menatapi langit malam yang cerah.

Tapi aku jalani semuanya sebisaku. Semoga hal-hal baik datang menghampiri.

Anomali

Selasa, 6 Juni 2023

Pagi hari ditemani playlist lofi, langit temaram.
Suasana paling nyaman yang aku rasakan.
Ditambah kosongnya hari, sempurna.
Menjadi latar untuk mengingat kembali waktu-waktu yang lebih baik.

Masa-masa di mana waktu lebih lambat.
Tak terbesit sedikitpun di pikiran tentang kulit berkerut dan tenaga yang terkuras.
Ketika dunia terbuka di depan mata, dan aku berjalan diatasnya sebagai kanvas kosong.
Ketika aku sibuk berlarian ke sana kemari.

Kini, hari-hari melelahkan.
Meskipun aku hanya merebah sepanjang hari, pikiranku yang membuatku lelah.
Rutinitas yang nyaris serupa.

Momen yang tidak umum akan terasa menyenangkan.
Melepaskan diri dari bisingnya siang.
Dan membiarkan diri tenggelam dalam ketenangan.

Sesekali menjalani sesuatu yang berbeda tidak akan menyakitiku, kurasa.

"Nikmati saja."

Jumat, 28 April 2023

Menurunkan harapan untuk hal-hal yang dianggap penting itu perlu. Aku kembali diingatkan akan hal itu setelah tim sepak bola kesayanganku semakin kecil peluangnya untuk jadi juara musim ini. Sebenarnya ini memang tidak terlalu penting, sih. Jadi juara ataupun tidak, mereka tidak kenal aku. Jadi apa untungnya buat mereka kalau tahu aku mendukung mereka? Ini hanya sebuah simbiosis komensalisme.

Oke, kembali ke topik. Harapan membuat manusia tegerak. Dalam konteks ini, manusia akan melakukan banyak hal agar harapan mereka bisa tercapai. Sampai sering kali lupa untuk menikmati proses.

Saat masih sekolah dulu, aku punya cita-cita jadi astrophysicist. Katakanlah seperti Neil deGrasse Tyson. — Walaupun dulu aku belum tahu siapa dia.

Sekarang, aku punya angan-angan untuk menjadi penulis novel. Salah satu alasan aku membuat blog ini adalah untuk membiasakan diriku untuk menulis. Tapi sering kali aku sangat terpaku untuk menyelesaikan cerita yang aku tulis tanpa menikmati proses menulis itu sendiri. Mungkin itu yang membuatku angin-anginan dalam menulis.

Jika aku tarik kembali ke klub sepak bola kesayanganku, aku menaruh harapan terlalu tinggi untuk mereka menjuarai liga. Hingga aku lupa bahwa yang mereka capai sudah jauh melampaui dari yang diperkirakan orang-orang.

Aku terlalu sering berharap bisa menyelesaikan sesuatu dengan sempurna hingga mungkin mengabaikan banyak hal yang aku capai dalam prosesnya.

Tapi belum lama ini, aku menemukan sebuah perkataan dari Tom Segura, seorang komedian:
"Selama kamu bisa menerima bahwa kenyataan mungkin tidak berjalan sesuai dengan yang kamu impikan, kamu akan tetap merasa senang dengan proses yang kamu jalani dalam mengejar impianmu itu. Jadi tetaplah kejar impianmu itu. Karena jika tidak, untuk apa kamu hidup?"

Entah apa impianku jadi seorang penulis akan terwujud. Yang pasti, aku akan mencoba untuk menikmati prosesnya.

Kembali Berkelana, dan Sebaliknya

Sabtu, 18 Maret 2023

Hmm... dia di sini,
Tapi entah kemana
Rasanya aneh

Atau mungkin,
Dia memang jauh
Ia hadir,
Tapi hatinya berkelana

Mungkin sudah waktunya
Bergerak mengikuti arah hati

Ah, sebaiknya ku biarkan saja
Mungkin ia mencari rumah baru

Jika memang ia tak menemukannya
Kelak ia akan kembali
Ke tempat yang akan selalu menjadi rumah

Seperti Waktu, Semuanya Berlalu

Kamis, 26 Januari 2023

Kemarin, sepertinya aku melihat dia. Aku sendiri tidak yakin. Seorang yang dulu pernah aku cintai. Berdiri, Ia menjatuhkan pandangannya ke segala arah. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Bisa saja ojek online yang ia pesan, atau dia yang meminangnya saat pernikahan.

Bagaimanapun, Ia terlihat indah dengan segala sesuatu yang ada dalam dirinya. Ya, dia bukanlah milikku. Tapi setiap melihatnya, hati ini terasa gerah. Aku hanya bisa mengagumi dari kejauhan. Bukan jarak, tapi jurang pemisah yang semu. Dia milik orang lain.

Orang-orang bilang bahwa tingkatan tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Itu mudah. Yang lebih dalam bagiku adalah ikut bahagia ketika melihat mereka yang berarti bagiku bahagia.

Dan aku bahagia. Sama seperti mereka.

(D)evolusi?

Sabtu, 7 Januari 2023

Tahun 2022 berlalu begitu cepat. Tidak terasa sekarang sudah tahun yang baru, 2023. Entah apa saja yang aku kerjakan selama tahun lalu.

Aku berharap, diriku masih seperti dulu. Tapi tidak. Aku berubah. Beberapa orang bilang tubuhku lebih berisi. Tapi itu mudah untuk diubah.

Aku takut diriku yang berubah. Bukan soal penampilan, tapi soal jati diri.

Memang beberapa bulan ini aku sering berpikir "Whatever happens, happens." untuk membiasakan diri kalau aku memang kadang tidak sebaik yang aku harapkan. Tidak seperti yang ada di dalam angan-anganku.

But here I stood my ground. I'm up for a change, for the worst or the best have yet to come.

Tersesat, Hilang Arah

Selasa, 23 Agustus 2022

Hari ini aku menyadari sesuatu (meskipun seharusnya aku sudah paham akan hal itu). Bahwa, semuanya akan berganti. Mereka yang ada di sini bersamaku suatu saat nanti akan pergi. Entah meniti jalan baru, atau hilang selamanya. Aku tidak bisa berharap semuanya selalu ada. Dan... Itulah yang menyedihkan.

Aku pun saat ini sedang hilang. Tubuhku ada di sini tapi hati ini rasanya tersesat. Tak tahu kemana harus pergi. Aku sudah mencoba mencari jalan untuk menemukan peradaban, tapi belum juga sampai. Bukannya aku tak percaya pada kekuasaan tuhan, hanya saja rasanya hampir mau menyerah.

Mungkin memang aku harus lebih kuat dan terus mencoba mencari, mencari jalan keluar dari gua yang gelap ini.

Dua Rasa yang Berlawanan

Senin, 6 Juni 2022

Hari ini ada yang tidak biasa. Rasanya membingungkan. Entah apakah aku harus merasa tertipu atau benar-benar merasa kasihan.

Awalnya, hari ini berjalan biasa saja. Aku bangun pagi karena hari ini aku ada pekerjaan, berangkat pukul 09.00 untuk melakukan instalasi jaringan internet di tempat klien. - Ya, saat ini aku bekerja sebagai teknisi jaringan internet.

Sampai di waktu siang menjelang sore hari, di klien ke dua, yang merupakan toko alat tulis kantor kecil, seorang perempuan datang kesana (tempat aku mengerjakan instalasi - Toko ATK tersebut diatas), membawa totebag hijau besar. Yang aku kira-kira perempuan itu masih SMP atau kelas awal SMA.

Dia datang dan menawarkan klien aku (si pemilik toko) pempek yang ia bilang dari sekolahnya dan masih segar, dalam artian baru dibuat (sesuai dengan yang aku pahami saat itu). Si pemilik toko menolak dengan sopan dan beralasan bahwa ia baru saja makan siang. Perempuan itu terus merayu tetapi si pemilik toko tetap menolak dengan sopan dan alasan yang sama.

Kemudian perempuan itu bertanya ke pemilik toko, "Pak, boleh minta minum?", Ia menanyakan hal yang sama sebanyak tiga kali berturut-turut, diselingi jawaban dari pemilik toko yang menolak, lagi-lagi dengan baik, dengan alasan bahwa ia tidak punya air minum. Dan sejujurnya si pemilik toko berkata benar (aku rasa), karena aku tidak melihat ada dispenser air minum atau yang semacamnya donya itu.i tokonya itu.

Kemudian perempuan itu terdiam, lalu aku mendengar perempuan itu seperti menangis, tersedu-sedu layaknya orang yang sedang sakit flu. Entah apakah ia benar-benar menagis, atau ia memang sedang sakit, aku tidak tahu. Perasaan aku terpecah menjadi dua.

Kemudian perempuan itu memasukkan kembali pempek yang ia jual ke dalam totebag yang ia bawa itu dan bergegas pergi dan tanpa sengaja menjatuhkan sekotak pulpen dagangan pemilik toko. Pemilik toko itu pun tidak menyadarinya. Ia tidak tahu siapa perempuan tadi, dan pengunjung toko juga tidak tahu.

aku melanjutkan pekerjaan aku di klien berikutnya, yang kebetulan searah dengan perempuan tadi. Selama aku bekerja, aku melihat perempuan tadi masuk ke tiap-tiap toko dan menjajakan barang dagangannya. Mulai dari toko sembako hingga swalayan. Sampai akhirnya, aku melihat perempuan itu keluar dari sebuah swalayan, dan menunggu pesanan ojek online. Entah apakah dia sendiri yang memesan itu atau ia meminta seseorang di sekitar swalayan itu memesankan ojek online untuknya.

Sembari menunggu jemputannya datang, ia membeli minuman alpukat di depan swalayan tempat ia menunggu. Di sinilah aku mulai bertanya-tanya. Apakah ia benar-benar berjualan untuk/dari sekolah atau hanya untuk dalih supaya mendapatkan rasa iba dari pembeli?

Oke, sebelum aku bicara macam-macam, aku tahu beberapa sekolah terkadang mengadakan lomba atau semacam kompetisi antar sekolah yang acaranya ditutup dengan pentas atau konser musik. Dan itu memang membutuhkan biaya sangat besar, karena yang aku tahu, acara seperti ini murni diadakan atas inisiatif siswa, umumnya OSIS.

Jika memang itu yang terjadi, maka aku bisa memahami, karena anggota panitia acara seperti itu memang biasanya diharuskan untuk menggalang dana sebesar-besarnya, yang caranya diserahkan ke masing-masing anggota. Bisa dengan berjualan, ataupun meminta sumbangan secara door-to-door. - Dan ini memang sangat melelahkan bagi seorang pelajar, baik fisik maupun mental. Karena ada target yang harus dicapai agar acara tersebut berhasil terselenggara. Atau mereka bisa saja dihukum oleh senior mereka karena dirasa tidak bekerja dengan maksimal.

Akan tetapi jika bukan itu alasannya, entahlah... Rasanya aneh saja melihat hal seperti ini. Perasaan aku terbagi dua. Di satu sisi aku merasa kasihan, dan di sisi lainnya aku merasa tertipu.

Tapi sudahlah... Rasanya hal ini terlalu kecil untuk dipermasalahkan. aku hanya ingin menuliskan pikiranku saja, bukan ingin mengeluh soal sesuatu yang tidak ada dampaknya untuk diriku.

Cermin dan Mesin Waktu

Rabu, 6 April 2022

Oke, ada sesuatu yang harus aku tuangkan disini, dan ini akan menjadi pengingat untukku ketika menulis di blog ini.

Pertama, blog ini dibuat untuk menuangkan isi pikiranku tanpa harus merisaukan pendapat orang lain terhadap apa yang aku tuliskan. Blog ini aku buat sebagai safe space, di mana aku dapat menuliskan apa saja yang sekiranya ingin aku tuangkan ke dalam tulisan tanpa harus takut dengan pendapat orang lain yang tidak setuju dengan tulisan aku. Karena hal itu juga, aku tidak akan menyelipkan tautan media sosial aku di sini.

Karena setelah aku perhatikan lebih dalam, platform lain, utamanya media sosial seakan menjadi ajang pembuktian akan kebenaran diri seseorang. Terlalu banyak orang bertengkar di media sosial hanya karena perbedan pendapat. Padahal jika kita berpikir lebih dalam, segala sesuatu di dunia maya itu sifatnya - yang mengejutkan - maya, atau semu. Semua like yang kita dapat, semua komentar baik ataupun buruk di media sosial, tidaklah sepenuhnya nyata. Terlebih jika itu dari orang yang kita tidak kenal. aku menegaskan kepada diri aku sendiri bahwa itu semua tidaklah lebih dari sekumpulan piksel. Dan blog ini juga tidak luput di dalamnya.

Kedua, blog ini adalah tempat aku melatih kemampuan menulisku. Jujur, ketika aku berpikir untuk menulis di blog ini, semuanya terjadi secara spontan. Bisa dibilang iseng. Hanya sekedar mengisi waktu luang, tidak ada yang harus dicapai di blog ini selain untuk meningkatkan keterampilan dalam menulis. Karena sejujurnya besar keinginanku menerbitkan novel. Namun aku tidak mempunyai motivasi yang besar. Maka blog ini aku buat untuk membiasakan diriku menulis.

Dan bukan tidak mungkin aku nantinya akan memposting cerita yang aku buat dalam bentuk file tersendiri yang terpisah dari blog ini. Semacam koran, namun dengan tautan tersendiri yang mungkin tidak akan masuk dalam mesin pencari. Karena aku juga akan memposting cerita yang sama di platform lain yang memungkinkan adanya feedback dari pembaca.

Terakhir, blog ini sebagai catatan tentang diriku. Tentang bagaimana caraku berpikir dari waktu ke waktu, bagaimana aku menanggapi suatu hal, baik personal maupun umum. Bagiku, mengamati perubahan pola pikir tak ubahnya mengamati anak kecil yang tumbuh dewasa.

Blog ini akan menjadi tempatku bercermin, melihat sejauh mana aku telah berubah di masa yang akan datang. Untuk mengenang masa lalu, layaknya mesin waktu yang bisa aku kunjungi kapan saja dan dimana saja. Karena blog ini adalah catatanku.